Co2 dan Tanaman Air
Sering muncul pertanyaan
terutama dari hobiis tanaman air (aquscaper) pemula mengenai gas CO2
yang berbunyi: "Apakah CO2 diperlukan dalam memelihara tanaman
air".
Bila pertanyaan yang
muncul seperti itu, maka jawabannya adalah "YA !".
Mengapa?.
Karena semua tanaman,
termasuk tanaman air didalamnya, memerlukan CO2 untuk berfotosintetis
dalam rangka membentuk karbohidrat sebagai bagian dari tubuhnya.
Namun bila pertanyaannya
adalah : "Apakah CO2 perlu ditambahkan kedalam air akuarium
tanaman?". Jawabannya boleh YA atau TIDAK.
Baiklah agar dapat
memutuskan dengan mudah apakah penambahan CO2 perlu dilakukan atau
tidak, akan didiskusikan apa dan bagaimana CO2 dalam kaitannya dengan
tanaman air.
Sumber Co2
Pernahkan berpikir dari mana
tanaman air di alam bisa tumbuh dan bertahan hidup. Padahal
tampaknya seolah-olah tidak ada CO2 yang ditambahkan kedalam air
tersebut, sebagaimana sebagian para hobiis tanaman air memberikannya
secara artificial. Apabila kita cermati sungai atau danau, ternyata
kandungan CO2 didalamnya lebih dari hanya sekedar untuk memenuhi
reaksi keseimbagan antara air dengan udara. Dengan kata lain, kadar
CO2 yang dikandungnya lebih banyak dari jumlah yang diperlukan untuk
reaksi keseimbangan.
Darimanakah asal dari
kelebihan CO2 tersebut?. Kelebihan CO2 ini ternyata berasal dari
proses dekomposisi bahan organik, terutama yang terjadi pada lantai
danau atau sungai. Proses dekomposisi tersebut terjadi dengan bantuan
bakteri heterotrofik yang menghasilkan CO2 dan methan. Jumlah CO2 yang
dilepaskan oleh proses dekomposisi bahan organik sangat ditentukan
oleh jenis bahan organiknya. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
jenis bahan organik yang berbeda menghasilkan jumlah CO2 yang berbeda
pula dalam proses dekomposinya pada endapan sungai atau danau.
Bahan
organik yang berasal dari tanaman air diketahui akan menghasilkan
jumlah CO2 lebih banyak dibandingkan dengan bahan organik yang
berasal dari tanaman darat. Hasil analisis kimiawi terhadap kedua
kelompok tanaman tersebut juga menyatakan bahwa tanaman air segar
mempunyai kadar nutrien yang lebih banyak dibandingkan dengan daun
tanaman darat. Bakteri pada umumnya akan lebih aktif pada bahan-bahan
organik yang kaya nutrien sehingga CO2 yang dihasilkan akan lebih
banyak. Kandungan CO2 dapat juga lebih banyak terutama pada perairan
yang mengandung Karbon Organik Terlarut (DOC) tinggi. Karbon Organik
Terlarut pada umumnya berada dalam proses pembusukan sehingga dapat
menjadi sumber CO2 yang potensial.Air yang berada dalam proses
keseimbangan dengan udara pada umumnya hanya mengandung 0.5 ppm CO2.
Sedangkan tanaman air banyak yang memerlukan CO2 lebih banyak dari
jumlah tersebut. Oleh karena itu, tanaman air bisa diduga tidak akan
bertahan hidup di alam bila tidak mendapatkan tambahan CO2 yang
berasal dari proses dekomposisi bahan organik, kecuali tanaman air
yang mampu mendapatkan karbon dari bahan selain CO2.
Uraian diatas
setidaknya akan memberikan gambaran bagaimana kelak memanipulasi
kandungan CO2 dalam akuarium agar dapat memenuhi kebutuhan tanaman
air yang dipelihara didalamnya. Manipulasi tentunya tidak hanya
terbatas pada pemenuhan CO2 tapi juga pada strategi pemilihan tanaman
dan kepadatan optimal yang dikehendaki agar terjadi keseimbangan
yang baik antara suplai dan keperluan CO2 pada ekosistem akuarium.
Kadar CO2 dalam Akuarium. Berdasarkan uraian diatas mestinya bisa
dibangkitkan pertanyaan bagaimana sumber CO2 dalam suatu lingkungan
akuarium. CO2 dalam suatu akuarium tanaman melulu berasal dari proses
dekomposisi sisa pakan ikan, kotoran, dan bahan organik pada
substrat, juga berasal dari proses metobalisme, dalam hal ini adalah
proses respirasi ikan dan hewan akuatik lainnya.
Apakah jumlahnya akan
mencukupi?. Lagi-lagi hal ini akan tergantung pada strategi hobiis
dalam menyiasati supply dan demand terhadap CO2. Hal ini bisa menjadi
"seni" tersendiri dalam melakukan kegiatan aquascaping
dibandingkan dengan menggantungkan diri pada suplay gas CO2. Seni ini
bisa diperkaya dengan pengetahuan mengenai strategi tanaman air
dalam mendapatkan karbon © selain melalui CO2. Dengan demikian
aquascaper masih akan dapat menikmati tanaman airnya pada lingkungan
rendah CO2 dengan memilih tanaman-tanaman air yang mampu menyerap
karbon dari bentuk selain CO2. Apabila CO2 dalam akuarium hanya
disandarkan pada proses alamiah melalui proses dekomposisi, maka
perlu dilakukan tindakan "pengawetan" untuk mencegah
hilangnya CO2 dari akuarium.
Seperti diketahui CO2 adalah gas, oleh
karena itu ia bisa hilang melalui segala tindakan yang menyebabkan
terjadinya peningkatan percampuran air dengan udara. Hal ini bisa
terjadi misalnya melalui goncangan permukaan air, penggunaan
sprayer air, batu aerator, atau penggunaan filter wet and dry. Tidak
berarti bahwa harus tidak ada gerakan sama sekali dalam akurium
tanaman, tapi harus diatur sedemikian rupa agar gerakan air yang
diperlukan untuk menyebarkan dan mengantarkan hara ke tanaman dan
penyebaran panas serta oksigen tidak sampai menyebabkan CO2 hilang ke
udara. Perlu diingat bahwa tanaman air di habitat aslinya sudah
terbiasa dan beradaptasi dengan lingkungan rendah CO2 atau dengan
kadar CO2 yang berfluktuasi. Banyak jenis tanaman air yang telah
mengembangkan mekanisme pertahanan terhadap kondisi tersebut dan
memiliki strategi alamiah untuk meningkatkan penyerapan CO2 dari air
atau mengawetan CO2 yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Kemampuan
demikian tentu saja akan tetap mereka bawa kedalam lingkungan
akuarium. Oleh karena itu meskipun hobiis bisa saja meningkatkan
pertumbuhan mereka secara dramatis dengan pemberian tambahan gas CO2,
tidak ada salahnya dicoba membangkitkan kemampuan alamiah mereka agar
bisa lebih memahami bagaimana ibu alam telah membesarkan mereka
dilingkungannya.
Pada umumnya tanaman air dalam akuarium akan tumbuh
lebih baik dengan menggunakan tambahan CO2, hal ini bisa terjadi
karena CO2 biasanya menjadi faktor pembatas pada lingkungan akuarium
yang cenderung lebih kaya unsur hara seperti nitrogen dan fosfor.
Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa penambahan CO2 mau
tidak mau akan menimbulkan efek domino pada proses lainnya, seperti
peningkatan kebutuhan akan unsur hara tambahan, kegiatan pemangkasan
yang meningkat akibat pertumbuhan tanaman yang cepat, keseimbangan
kimiawi air yang perlu dimonitor dengan ketat, seperti pH dan KH,
untuk memastikan bahwa buffer alkalinitas air tetap berfungsi dengan
baik. Over dosis CO2 sering pula dilaporkan terjadi pada proses
penambahan CO2 terutama pada malam hari. Selain itu diketahui dapat
terjadi efek jangka panjang terhadap substrat akuarium tanaman
sebagai akibat penambahan CO2 yang menyebabkan akuarium tanaman gagal
setelah satu atau dua tahun.
Walau bagaimanapun pilihan untuk
menggunakan tambahan CO2 atau tidak sepenuhnya tergantung pada
aquascaper itu sendiri. Tidak heran kalau kemudian dilingkungan
aquascaping terdapat 2 kubu hobiis, yaitu kubu yang berkiblat pada
proses alamiah dan kubu yang berkiblat pada teknologi (injeksi CO2
dengan peralatan pendukungnya)
Bagi mereka yang tidak ingin
berpikir "njlimet" pilihan pemberian tambahan CO2 bisa
menjadi pilihan terbaik, sedangkan bagi mereka yang berbekal
pengetahuan kebumian cukup pilihan dengan pendekatan alamiah bisa
merupakan pilihan yang sangat menyenangkan.
Semoga tulisan ringkas
ini bisa menjadi pengantar bagi anda bagaimana menentukansikap
anda dalam beraquascaping.
disadur dari H.M.Naro Tri Buwono, Amd.Pi, SAB, MAB