Rabu, 31 Oktober 2012

TDS meter

TDS singkatan dari total disolvent solid adalah jumlah zat terlarut organik maupun anorganik
penjelasan pengertian definisi tds
Salah satu ilustrasi:
Ketika garam dilarutkan kedalam air, garam terlarut dalam air maka tingkat TDS akan bertambah

Nah jadi di dalam air itu banyak kandungan yang tidak terlihat oleh mata, dan bisa membahayakan kesehatan seperti besi, mangan, dll
Air Jernih belum tentu kadar TDSnya rendah.
Karena TDS mempunyai ukuran yang sangat kecil dan tidak bisa dilihat dengan mata.

Semakin tinggi TDS maka semakin dikategorikan sebagai HARD WATER
Semakin rendah TDS maka semakin dikategorikan sebagai SOFT WATER

Berikut Tabel TDS sebagai panduan
ukuran tds untuk air minum
Cara termudah dan murah untuk mengetahui TDS dalam air adalah menggunakan TDS METER HM

TDS yang tinggi sangat merugikan kesehatan, dan timbunan material seperti besi, mangan sangat berbahaya karena tidak bisa diolah oleh tubuh dan bisa tertimbun di dalam tubuh dan ginjal.
Product yang bisa menurunkan kadar tds adalah filtrasi saringan RO reverse omosis
karena TDS tidak bisa diturunkan dengan sistem filtrasi biasa
Dengan filter RO Reverse Omosis TDS bisa diturunkan sampai 90% dari nilai awal

Bahkan air radiator, mewajibkan kadar TDS,
untuk mencegah penimbunan kerak-kerak,
kalau radiator saja mensyaratkan kandungan TDS yang rendah
apalagi tubuh kita?
tds meter biasanya digunakan bersamaan dengan ph meter

Jumat, 26 Oktober 2012

Memonitor dan Merekondisi (kimia) Air

Memonitor dan merekondisi air ini merupakan kegiatan rutin yang perlu diperhatikan dalam memelihara ikan dan tanaman hias air, baik air tawar maupun laut, agar kondisi air menyerupai kondisi air pada habitat aslinya.
Hal yang perlu diperhatikan untuk memonitor dan merekondisi (kimia) air :
[Besi (Fe)]
[Oksigen (O2) ]
[Karbondioksida (CO2) ]
[Tembaga (Cu) ]
[Fosfat (PO4) ]
[Klorin (Cl) ]
[Kalsium (Ca) ]
[Magnesium (Mg) ]

Saran monitor : Mingguan atau pada saat penggantian air
Nilai ideal untuk akuarium air tawar dan kolam : 6 - 16 dGH
Nilai ideal untuk akuarium air laut : n.a.
Kegiatan untuk merekondisi air :

• menurunkan :
- memberikan kondisioner untuk menurunkan kekerasan air
- mengganti air secara parsial dengan air yang lebih lunak
• menaikan :
- memberikan kondisioner untuk menaikan kekerasan air

Nilai ideal untuk akuarium air tawar dan kolam : 5 - 10 dKH
Nilai ideal untuk akuarium air laut : 8 - 12 dKH
Kegiatan untuk merekondisi air :
• menurunkan :
- memberikan kondisioner untuk menurunkan kekerasan air
- mengganti air secara parsial dengan air yang lebih lunak
• menaikan :
- memberikan kondisioner untuk menaikan kekerasan air
Ke - asam / basa -an Air (pH)

Saran monitor : Mingguan
Nilai ideal untuk akuarium air tawar dan kolam 6 - 7 ( untuk kebanyakan ikan ), 7.5 - 8.5
untuk jenis ikan Cichlid yang berasal dari Malawi & Tanganyika 
Nilai ideal untuk akuarium air laut : 8.2 - 8.4
Kegiatan untuk merekondisi air :
• menurunkan :
- menambahkan karbondioksida (CO2 ) untuk air tawar
-  mengganti air secara parsial dengan air yang lebih asam untuk air tawar dan laut
-  memberikan kondisioner untuk menurunkan pH air
• menaikan :
- memberikan kondisioner untuk menaikan pH air
- mengganti air secara parsial dengan air yang lebih basa

Ammonium / Ammonia (NH4/NH3)

Saran monitor : Mingguan atau pada saat diperlukan seperti ada gejala / gerakan yang tidak normal pada ikan
Nilai ideal untuk akuarium air tawar, kolam, dan air laut : 0.0 mg/l (ppm)
Nilai bahaya untuk akuarium air tawar, kolam, dan air laut mulai dari : 0.02 mg/l (ppm) - tergantung nilai pH
Kegiatan untuk merekondisi air :
• menurunkan :
- mengganti air secara parsial dan memeriksa pH air
- dalam keadaan yang akut ammonium/ammonia dapat diturunkan dengan memberikan kondisioner  penurun nilai pH
- memberikan kondisioner untuk menurunkan jumlah kandungan ammonium/ammonia
- memeriksa filter - biofilter
- mengurangi populasi ikan dan pemberian makanan ikan yang berlebihan
- menambah jumlah tanaman

Nitrit (NO2)


Saran monitor : Mingguan atau pada saat diperlukan seperti ada gejala ikan sakit.
Nilai ideal untuk akuarium air tawar, kolam, dan air laut : 0.0 mg/l (ppm)
Nilai cukup bahaya untuk akuarium air tawar, kolam, dan air laut : 0.3 - 0.9 mg/l (ppm)
Nilai bahaya untuk akuarium air tawar, kolam, dan air laut mulai dari : 0.9 mg/l (ppm)
Nilai sangat bahaya untuk akuarium air tawar, kolam, dan air laut mulai dari : 3.3 mg/l (ppm)
Kegiatan untuk merekondisi air :
 
  • menurunkan :
- memberikan kondisioner untuk menurunkan kadar Nitrit
- memeriksa filter - biofilter
- mengurangi populasi ikan dan pemberian makanan ikan yang berlebihan
- periksa apakah ada ikan yang hilang (mati)
- memeriksa penyebab yang berasal dari polutan lainnya
- mengganti 30% air secara parsial, ulangi penggantian air ini setelah 12-24 jam
 

Nitrat (NO3)


Saran monitor : Mingguan atau pada saat diperlukan seperti adanya pertumbuhan lumut (algae)
Nilai ideal untuk akuarium air tawar, kolam, dan air laut : 20 mg/l (ppm)
Nilai cukup bahaya untuk akuarium air tawar, kolam, dan air laut mulai dari : 20 mg/l (ppm)
Nilai bahaya untuk akuarium air tawar, kolam, dan air laut di atas : 100 mg/l (ppm)
Kegiatan untuk merekondisi air :
 
  • menurunkan :
- memberikan kondisioner untuk menurunkan kadar nitrat
- menambah tanaman air yang cepat tumbuh pada akuarium air tawar / kolam, atau
- menambah makro-alga pada akuarium air laut
- mengganti air secara parsial dengan yang rendah nitrat
- mengurangi jumlah / populasi ikan
- mengurangi penggunaan makanan ikan yang berlebihan
- mengganti 30% air secepatnya, dan kemudian diberikan kondisioner kembali
 

Besi (Fe) 

Saran monitor : Mingguan atau pada saat diperlukan seperti adanya pertumbuhan lumut (algae) dan penurunan perkembangan tanaman air
Nilai ideal untuk akuarium air tawar dan kolam : 0.5 - 1.0 mg/l (ppm)
Nilai ideal untuk akuarium air laut mulai dari : -
Kegiatan untuk merekondisi air :
• menurunkan :
- memberikan kondisioner untuk menurunkan kadar besi
- mengganti air secara parsial 

• menaikan :
- memberikan kondisioner untuk menaikkan kadar besi
- memberi pupuk tanaman yang mengandung besi

Oksigen (O2)

Saran monitor : dua mingguan pada pagi dan sore hari, kadar oksigen pada pagi hari lebih rendah dari sore hari adalah normal , atau ada gerakan tidak normal pada ikan seperti kesulitan bernafas / megap-megap pada permukaan air.
Nilai ideal untuk akuarium air tawar, kolam, dan air laut : 4 mg/l (ppm)
Kegiatan untuk merekondisi air :

• menaikan :
- meningkatkan kadar oksigen dengan tambahan kondisioner
- memberi tambahan aerasi
- memeriksa apa yang menjadi penyebab turunnya kadar oksigen, dan segera perbaiki

Karbondioksida (CO2)

Saran monitor : setiap hari
Nilai ideal untuk akuarium air tawar, dan kolam : 10 - 40 mg/l (ppm)
Nilai ideal untuk akuarium air laut : -
Kegiatan untuk merekondisi air :
• menurunkan :
- mengurangi (penggunaan) karbondioksida

• menaikan :
- menambahkan kondisioner penambah CO2



Tembaga (Cu)

Saran monitor : setiap penggantian air, terutama penggunaan dengan air ledeng (PAM)
Nilai ideal untuk akuarium air tawar, kolam, dan air laut : 0.0 mg/l (ppm), diatas 0.3 mg/l (ppm) fatal untuk jenis keong dan invertebrata, diatas 1.0 mg/l (ppm) fatal bagi kehidupan air tawar, kolam, dan laut.
Kegiatan untuk merekondisi air :
• menurunkan :
- memberikan kondisioner
- mengganti sebagian besar air dengan air yang bebas tembaga


Fosfat (PO4)

Saran monitor : mingguan atau adanya pertumbuhan lumut (algae)
Nilai ideal untuk akuarium air tawar, dan kolam : 1.0 mg/l (ppm)
Nilai ideal untuk akuarium air tawar, dan kolam : 0.1 mg/l (ppm)
Kegiatan untuk merekondisi air :
• menurunkan :
- mengganti air secara mingguan (10-30%)
- menambah tanaman air yang cepat tumbuh
- mengurangi jumlah populasi ikan dan pemberian makanan yang berlebihan  

Klorin (Cl)

Saran monitor : setiap penggantian air, terutama penggunaan dengan air ledeng (PAM)
Nilai ideal untuk akuarium air tawar, kolam, dan laut : dibawah 0.02 mg/l (ppm)
Kegiatan untuk merekondisi air :
• menurunkan :
- memberikan kondisioner penurun klorin dan meng-aerasi-kan air dengan baik   

Kalsium (Ca)

Saran monitor : mingguan atau ada gejala pertumbuhan koral yang lambat / melambat
Nilai ideal untuk akuarium air laut : 400 - 450 mg/l (ppm)
Kegiatan untuk merekondisi air :  
• menurunkan :
-  mengganti air secara parsial
• menaikan :
memberikan kondisioner penambah kalsium
 
Magnesium (Mg)

Saran monitor : mingguan atau ada gejala pertumbuhan invertebrata dan alga merah melambat
Nilai ideal untuk akuarium air laut : sekitar 1300 mg/l (ppm)
Kegiatan untuk merekondisi air : 

• menurunkan :
-  mengganti air secara parsial
• menaikan :
memberikan kondisioner penambah magnesium

Catatan :  
  1. Dalam penggunaan air untuk memelihara ikan hias dan tanaman air sebaiknya air diendapkan dahulu selama sehari. 
  2. Dalam keadaan tertentu dapat didahulukan penggunaan air tersebut, terutama air yang berasal dari air ledeng (PAM) dengan penambahan kondisioner untuk mengatasi kandungan berbahaya pada air tersebut, seperti klorin, tembaga, dll
  3. Oleh karena hal tersebut diatas, sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu terhadap air yang akan digunakan
  4. Untuk mengetahui kondisioner mana yang sesuai kebutuhan, ada beberapa referensi yang dapat  digunakan, silahkan klik " Tester dan Kondisioner Air
  5. Dalam memilih dan membeli kondisioner air perlu diperhatikan baik-baik tanggal kadaluarsanya, tabel tester (jika ada), penggunaannya apakah untuk air tawar, kolam atau laut.
  6. Kegiatan untuk merekondisi, baik untuk kegiatan menurunkan dan menaikan berurut mulai dari tindakan untuk mengatasi kondisi yang ringan sampai ke berat.  

Treatment Chart

-->
Treatment Chart







No. Disease / Pathogen Treatment in aquariums
1 Aeromonas / Pseudomonas sera omipur, sera baktopur, sera baktopur direct, sera bakto tabs
2 Anchor worm (Lernaeae) sera baktopur, sera med Argulol
3 Apiosoma or Epistylis sera costapur
4 Brooklynella (only marine fish) sera costapur
5 Columnaris Disease sera omipur, sera baktopur, sera baktopur direct, sera bakto tabs
6 Cryptocaryon (only marine fish) sera costapur
7 Dropsy sera omipur, sera baktopur, sera baktopur direct, sera bakto tabs
8 Fin rot sera omipur, sera baktopur, sera baktopur direct, sera bakto tabs
9 Fish leech sera baktopur
10 Fish louse (Argulus) sera baktopur, sera med Argulol
11 Fungal Infection (Mycosis) sera mycopur, sera costapur
12 Gill Flukes sera mycopur, sera costapur
13 Gill rot (bacterial) sera omipur, sera baktopur, sera baktopur direct, sera bakto tabs
14 Ichthyobodo necator (Costia) sera costapur
15 Ichthyophthirius multifiliis (white spot disease) sera costapur
16 Injuries (infected) sera mycopur
17 Intestinal flagellates sera baktopur direct, sera med Flagellol
18 Lymphocystis sera pond cyprinopur
19 Multiple infection sera omnipur
20 Parasitic copepods (Ergasilus) sera baktopur, sera med Argulol
21 Parasitic isopods sera baktopur, sera med Argulol
22 Skin Flukes sera mycopur, sera omnipur
23 Transversotrema and fluke larva sera mycopur, sera omnipur
24 Trichodina, Tetrahymena, Chilodonella sera costapur
25 Velvet disease (Piscinoodinium) sera ectopur

Minggu, 21 Oktober 2012

Kolam Koi Berbusa

Salah satu hal yang sangat mengganggu kenikmatan untuk melihat koi adalah adanya busa (foam) pada permukaan kolam. Sebetulnya busa ini tidak memberikan efek negatif langsung kepada kesehatan koi, hanya saja keindahan kolam secara keseluruhan akan terganggu dengan keberadaan busa tersebut. Bagaimana busa tersebut dapat terjadi? 

Busa tersebut terjadi adalah sebagai akibat dari tingginya kadar organik terlarut dalam air. bahan organik ini khususnya adalah berupa protein, yang dihasilkan dari sisa kotoran koi yang tidak segera terurai dalam sistem filtrasi kolam dan juga merupakan protein yang terlalu ke dalam kolam dari makanan koi yang mengandung protein tinggi. Tingginya bahan organik terlarut / protein dalam air akan menimbulkan busa pada saat air mengalami tekanan baik dari sistem aerasi maupun  dari outlet pompa sirkulasi kedalam kolam utama. Bagaimana mengatasi masalah busa ini?
 
  1. Melakukan pembersihan secara manual berupa pengambilan busa dipermukaan dengan serokan yang memiliki jaring halus secara berkala.
    Melakukan pergantian air secara regular sebesar 10-20persen perhari perlahan lahan hingga kondisi air membaik darn terlihat cenderung tidak berlendir / berbuih lagi.
  2. Mengurangi frekuensi pemberian pakan dan juga menguarangi pemberian pakan protein tinggi untuk sementara.
    Membuat surface skimmer yang baik, untuk membantu relokasi kotoran di permukaan termasuk busa ke chamber settlement
    Menginstall protein skimmer jika memungkinkan dari segi dana dan tempat.

Oksigen Terlarut (DO) dan Termperatur

Oksigen terlarut adalah tingkat saturasi udara di air yang dinyatakan dalam kadar mg per liter air atau part per million (ppm). Koi akan mulai megap megap dan kekurangan oksigen bila kadar udara terlarut dalam air di bawah 4 mg/l. tingkat saturasi udara dalam air juga akan berkurang seiring dengan naiknya temperatur air. 

Tanaman dan algae di siang hari akan berfotosintesis mengkonsumsi CO2 dari udara dan memberikan suply 02 ke air, sebalikanya pada malam hari akan mengkonsumsi 02 yang ada dalam air. Selain Koi, bakteri pengurai dalam ekosistem kolam di bio chamber juga akan mati jika kadar udara dalam air makin rendah di bawah 3mg/l. Kondisi ini juga yang menjelaskan tidak disarankan untuk memberikan makan koi pada malam hari, sebaiknya dilakukan di pagi hari dan siang / sore. 

Rendahnya tingkat DO juga menjadi penyebab terjadinya amoniak booming, dimana bakteri penguari tidak dapat berfungsi secara maksimal dalam proses siklus nitrifikasi. Jika terjadi masalah dalam aliran listri misalnya mati, maka secara perlahan kadar oksigen dalam air akan menipis dan habis. Biasanya ikan ukuran kecil yang duluan akan bermasalah dan kemudian ikan ukuran besar. Jika kondisi ini berlangsung di atas 4-5jam, maka bakteri pengurai juga akan ikut mati. Untuk itu disarankan setelah aliran listrik pulih, air yang di chamber filter di kurangin sebagian besar diganti dengan air baru untuk mengurangi risiko.

Bagimana caranya untuk meningkatkan DO? berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan DO, termasuk membuat aerasi melalui mesin aerator di kolam dan chamber filter, membuat system venturi di saluran akhir sirkulasi, membuat air terjun atau system bakki shower. Intinya adalah bagaimana meniciptakan sebanyak mungkin kontak antara permukaan air dengan udara. Ini juga yang menjelaskan kenapa sistem aerasi dengan butir udara yang lebih kecil lebih bagus dibanding dengan butir udara yang lebih besar. Juga menjelaskan kenapa tingkat saturasi udara akan lebih tinggi di permukaan air dibanding dengan dasar kolam. 

Semakin dalam kolam, makan tingkat saturasi udara akan semakin kecil, untuk itu untuk kolam koi dengan dalam lebih dari 1 meter harus memiliki mesin aerator yang bagus dan kuat. Untuk mengurangi temperatur, dapat dilakukan dengan menutrup sebagian permukaan kolam memakai paranet atau sejenisnya. Populasi ikan berlebih juga akan menajadi salah satu penyebab rendahnya kadar DO lama air.

Untuk itu sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan reguler atas DO air kolam dan temperatur dengan mempergunakan alat yang memiliki akurasi tinggi seperi DO meter. Kebanyakan DO meter juga dapat berfungsi untuk mengukur temperatur air. DO yang ideal adalah di atas 6 mg/L dengan kisaran temperatur sektra 24-27 derajat C.

Jumat, 19 Oktober 2012

Urutan Pemakaian Media Filter

-->
  1. Japmat
    japmat berguna sebagai penyaring kotoran2 kasar dan juga buat menahan dan meratakan penyebaran aliran airnya sehingga tidak terlalu terfokus di satu titik aja.
  2. Kapas (Filter Mekanik)
    kapas merupakan media yg cukup / sangat penting karena bisa menyaring kotoran kasar n halus (tergantung kualitas kapasnya)..
    pengunaan kapas disarankan hanya 1x pakai dan dibuang.
  3. Filter Biologis (sponge, ceramic ring , bioball, japmat , gromax dll)
    filter biologis merupakan bagian yg sangat penting karena berfungsi mengubah zat2 yg berbahaya menjadi zat lain yg tidak begitu berbahaya..
    karena itu porsi filter biologis harus memadai supaya penyaringannya lebih maksimal (disarankan 30% dari total volume aquarium)..
    tapi bagi yg mempunyai kapasitas filter yg tidak terlalu besar bisa diakali dengan menggunakan media filter biologis yg berkualitas tinggi..
    tapi tentu saja investasi awalnya juga akan jauh lebih tinggi..
    filter biologis akan berfungsi sempurna apabila telah "matang"..
    hal ini bisa dilihat dari air yg semakin jernih..
    normalnya akan "matang" setelah 2-4 minggu setelah setup awal..
    media ini hampir tidak perlu diganti dan juga jangan dibersihkan mengunakan air bersih, cukup sedikit diobok2 dengan mengunakan air aquariumnya supaya bakteri2 yg berguna tidak mati.
  4. Filter Kimiawi (Amonia Remover , carbon ).
    filter kimiawifungsinya menyerap zat2 beracun / tidak beracun yg ada diair..
    jadi media ini bisa dipakai dan bisa juga tidak dipakai tergantung keperluannya..
    misalnya selama pengobatan sangat tidak disarankan dipakai..
    tetapi setelah pengobatan boleh dipakai buat menghilangkan sisa2 obat yg dipakai supaya kualitas airnya menjadi normal kembali..
    filter kimia ini mempunyai masa pakai yaitu sekitar 2-6 bulan tergantung banyaknya media yg dipakai, sehingga sangat dianjurkan untuk rutin diganti (apabila ingin menggunakan media filter kimiawi).
  5. Optional (kalo tempatnya memadai)
    letakkan kapas dengan kepadatan tinggi di posisi terakhir sebelum air masuk ke aquarium buat menyaring kotoran2 halus yg telah melewati berbagai proses diatas sehingga mendapatkan air yg benar2 bersih dari serbuk2 halus yg membuat keruh..

    Jadi secara garis besar..
    Sponge --> Kapas --> Filter Biologis --> Filter Kimiawi --> Optional..



Memilih Pompa Air

Pemilihan pompa air ( water pump ) sangat berpengaruh dalam sistim rancang bangun suatu kolam ikan maupun akuarium. Pemilihan pompa air ( water pump ) harus sesuai dengan rancang bangun serta beberapa pertimbangan lain misalkan dari segi managemen biaya.

Yang harus menjadi pedoman kita dalam menentukan pilihan pompa air ( water pump ) adalah kemampuan pompa untuk dapat mengatur air agar dapat melewati sistim filtrasi yang kita rancang sesering mungkin, semakin sering air “diputar” melalui sistim filtrasi akan semakin baik, namun yang juga harus menjadi pertimbangan adalah efek pengaruh kekuatan pompa air ( water pump ) terhadap penghuni kolam itu sendiri.

Dari pertimbangan tersebut di atas pilihan pompa kolam yang ideal adalah pilihan yang paling baik.
Seperti apa pompa air ( water pump ) yang ideal ? Mungkin itu yang sekarang menjadi pertanyaan.
Untuk menentukan pompa air ( water pump ) yang ideal banyak factor yang mempengaruhi dan menentukan diantaranya yang paling berpengaruh adalah volume kolam ikan / akuarium dan sistim & model aliran atau jalur air kolam / akuarium itu sendiri.

Pompa ( water pump ) yang ideal berdasarkan perhitungan volume kolam ikan / akuarium adalah salah satu factor yang paling mudah untuk di perhitungkan.

Pompa yang ideal harus mempunyai kapasitas untuk dapat memutar air ke sistim filtrasi satu kali dalam waktu satu jam sekali. Dan hal itu dapat kita perhitungkan dengan kapasitas pompa yang harus dapat menguras total air kolam ikan / akuariun dalam waktu satu jam.

Perhitungan berdasarkan rancang bangun kolam ikan / akuarium itu yang sering kali menjadi handicap tersendiri dikarenakan banyaknya factor yang berpengaruh didalamnya.
Banyak sekali factor – factor tersebut diantaranya adalah ketinggian out put pompa air  besarnya pipa / selang yang digunakan, banyaknya sudut yang dilalui dari in put awal pompa air ( water pump ) ke out put akhir saluran ditribusi pompa air ( water pump ), yang seringkali dilupakan juga adalah konektor ( penyambung ) di dalam sistim distribusi air itu sendiri yang sangat berpengaruh terhadap debit air.

Bagai mana mengetahui kapasitas suatu pompa air

Cara yang paling mudah dengan melihat kapasitas yang terdapat pada produk pompa air ( water pump ) itu sendiri. Hampir setiap produk pompa air ( water pump ) yang tersedia dipasaran dari berbagai merk yang tersedia selalu mencantumkan kapasitas pompa air ( water pump ) tersebut.
Sering kali yang tercantum adalah volume kapasitas maksimal , ketinggian maksimal dan daya listrik yang digunakan.

Dari keterangan yang tercantum dalam spesifikasi produk tersebut kita dapat menentukan yang ideal hanya berdasarkan kapasitas volume kolam ikan dan akuarium, jadi factor lain yang berpengaruh tidak diperhitungkan.

Bagaimana memperhitungkan faktor – faktor lain? Untuk perhitungan untuk fakor – faktor lain memerlukan suatu kemampuan lain yang bersifat teknis dan matematis yang sangat rumit untuk dimengerti tentu hal ini tidak berlaku untuk para expert dan ahli fisika yang telah mempunyai pengetahuan yang mumpuni.

KAPASITAS YANG TERTERA DI SPESIFIKASI PRODUK SALAH ?

Sering kali yang banyak beredar di masyarakat ( bahkan oleh perancang & pembuat kolam senior ) adalah kapasitas pompa berbeda atau tidak sama dengan yang tercantum dalam spesifikasi produk.
Yang beredar di masyarakat bahwa kapasitas pompa hanya 85 % dari yang tertera di spesifikasi mereka.

Apakah hal tersebut benar ?
Dalam menentukan benar tidaknya hal tersebut kita harus melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Dari produsen sudut pandang produsen spesifikasi yang tercantum atau yang mereka cantum kan berdasarkan perhitungan teknis mereka dalam memperhitungkan kapasitas pompa itu sendiri.
Dalam hal ini penulis sendiri mempercayai kapasitas pompa tersebut adalah sepenuhnya benar dengan toleransi beberapa persen tentunya, walupun memang ada produsen yang “ nakal “ dengan bermain – main dengan spesifikasi mereka.
Dari sudat pandang pengguna adalah kenyataan pada saat menggunakan produk pompa air ( water pump ), yang kalau penulis anggap hanyalah kesalah pahaman belaka.

Yang terlupakan 

Yang banyak dilupakan adalah pemahaman spesifikasi produk yang hanya sekilas saja tampa pemahaman secara mendalam. Seharusnya dalam mempertimbangkan pemilihan pompa adalah spesifikasi secara menyeluruh. Bukan berdasarkan pada spesifikasi singkat produk pompa air ( water pump ), yang hanya mencantumkan ketinggian maksimal (H.max ), Volume maksimal ( max. L/H ), daya listrik (watt ), dan beberapa hal lain.

Dan hal yang sering kita lewatkan adalah perhitungan antara volume debit air dengan perhitungan ketinggian pada spesifikasi pompa.

Yang dimaksud dengan Volume air maksimal pada spesifikasi pompa adalah Volume air air maksimal pada ketinggian tertentu ( pada umumnya pada 0 meter ), sehingga apabila posisi output pompa yang kita pakai lebih tinggi dari kedudukan pompa air, debit air yang dikeluarkan oleh pompa otomatis akan berkurang tergantung tinggi letak out put nya.

Penggunaan Garam pada Pengobatan&Karantina Ikan

Penggunaan garam pada pengobatan ikan sakit dan pada proses karantina ikan koi baru,sudah menjadi hal yang lumrah dikalangan hobies.Dan garam sudah dianggap sebagai " obat dewa " yang bisa menyembuhkan segala penyakit dan obat panjang umur. Tidak dipungkiri memang demikianlah adanya,namun yang menjadi pertanyaan apakah benar semua menjadi selesai,,,,?????

Penyebab Penyakit ikan dapat di kelompokkan menjadi tiga golongan, yakni parasit, bakteri , virus dan racun. Apakah semua penyebab penyakit ini semua dapat dibasmi dengan garam ? Jawabannya pun dapat juga kita kelompokkan menjadi beberapa kelompok jawaban,


  • YA, untuk sebagian parasit, namun tidak untuk untuk jenis bakteri & virus tertentu ( misalkan KVH )
  • Ya, untuk sebagian bakteri & sebagian kecil virus, namun tidak membasmi hanya meredam ( menurunkan kinerja / me nonaktifkan )
  • TIDAK, karena sifatnya hanya "mentidurkan / me nonaktifkan ", tinggal menunggu waktu kapan akan muncul kembali.
  • TIDAK, tiap jenis sumber penyakit mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap nilai salinitas tertentu.
  • YA, pada kadar salinitas extrem ( sangat tinggi ), apa ikan yang di karantina juga tidak ikut " ter-basmi "

seandainya saja kita anggap atau kita asumsikan garam dapat mengatasi, apakah urusan / masalah selesai ??? mungkin masalah sakit / penyakit dapat selesai ( misalkan kita anggap / amsumsikan saja selesai ), namun masalah lainnya sudah menanti tinggal menunggu waktu.Masalah apa itu???

pada proses karantina ikan baru atau pada proses karantina sakit pada kolam / bak  karantina dengan penggunaan garam sebagai treatment bertujuan untuk membuat air memiliki kadar garam tertentu ( meningkatkan kadar salinitas ) dengan tujuan untuk membasmi sumber penyakit, namun seperti telah di jelaskan semua diatas tidaklah bisa demikian adanya. Masalah - masalah berikutnya sudah menanti kita, antara lain :

Tinggal menunggu waktu sumber penyakit akan mencul kembali, seperti yang telah disebutkan sebelumnya garam yang sifatnya hanya men nonaktifkan, jadi tujuan karantina untuk mensterilkan sumber penyakit menjadi gagal, dalam artian proses karantina gagal.
pada saat sumber penyakit aktif kembali, cukup membahayakan penghuni kolam / akuarium lama.

Setelah proses karantina selesai tentu ikan akan di kembalikan pada kolam / akuarium, fakta yang ada terjadi perbedaan tingkat salinitas yang tinggi antara tempat karantina dan kolam / akuarium sehingga rawan menimbulkan stress terhadap ikan sehingga rawan timbul masalah lain, misalkan keindahan pada ikan hias atau produktivitas pada ikan konsumsi, ikan melompat keluar dll sehingga menyebabkan kerugian.

terutama pada ikan yang rentan stress ( seperti pada ikan koi ), dapat mengakibatkan trauma yang dapat menyebabkan perubahan pada kualitas warna dan atau pola warna, terutama pada jenis doitsu dan hikari.

Bagaimana dengan pengobatan pada wadah utama ( kolam, akuarium , empang,dan lainnya ) ?
sering kali kita sering mendengar istilah " bom garam " ( tindakan memberikan garam dalam jumlah tertentu dalam cukup banyak dengan tujuan membuat kondisi salinitas tertentu ), apa dampak negatifnya ?

Selain hal - hal yang sudah di sebutkan pada proses karantina, yang cukup membahayakan adalah mengukur tingkat salinitas pada kolam, terutama pada kolam outdoor, seiring dengan terjadinya penguapan kadar salinitas akan merangkak naik juga.Pada kondisi nilai tertentu kadar salinitas melebihi batas ketahanan maksimal akan terjadi kematian masal,terutama bagi yang tidak memiliki alat ukur parameter air hal ini cukup merepotkan.

pada saat kondisi salinitas belum mencapai titik maksimal ketahanan, apabila ada penambahan penghuni baru, akan menjadi masalah tersendiri pada pendatang baru tersebut, karena perbedaan konsisi salinitas yang besar dari tempat asalnya, walau tidak masalah pada penghuni lama yang sudah dapat menyesuaikan diri ( adaptasi ) dengan kondisi yang ada.

seringkali yang kita abaikan adalah dampak samping dari tindakan tersebut adalah pengaruhnya terhadap peralatan dan perlengkapan kolam yang bisa saja hanya tahan terhadap kondisi salinitas tertentu, atau dapat menurunkan kinerja dan usia pakai peralatan tersebut.

penggunaan garam haruslah di gunakan secara bijak, misalkan saja untuk pertolongan pertama pada saat persedian obat ikan kita sedang kosong, itupun memerlukan penyesuaian pada saat pemakaian obat ataupun penyesuaian air.

Dan seringkali kita hanya menghitung dari segi biaya jangka pendek yang memang lebih murah namun pada perhitungan jangka panjang biaya yang di timbulkan justru lebih besar. Penggunaan obat - obatan ikan lebih efektif karena memang telah dirancang khusus untuk menyelesaikan masalah - masalah tersebut dengan menghilangkan dampak - dampak negatifnya. Pada Akhirnya penggunaan garam ataupun obat ikan, berpulang kepada pemikiran individu masing - masing, dengan sudut pandang yang berbeda - beda pula, jangka pendek atau jangka panjang, sekedar murah atau efisiensi dan efektivitas.

by - 3asper

Jumat, 21 September 2012

Pentingnya Co2 bagi Aquascape

Co2 dan Tanaman Air



Sering muncul pertanyaan terutama dari hobiis tanaman air (aquscaper) pemula mengenai gas CO2 yang berbunyi: "Apakah CO2 diperlukan dalam memelihara tanaman air".
Bila pertanyaan yang muncul seperti itu, maka jawabannya adalah "YA !". Mengapa?.
Karena semua tanaman, termasuk tanaman air didalamnya, memerlukan CO2 untuk berfotosintetis dalam  rangka membentuk karbohidrat sebagai bagian dari tubuhnya.
Namun bila pertanyaannya adalah : "Apakah CO2 perlu ditambahkan kedalam air akuarium tanaman?". Jawabannya boleh YA atau TIDAK. 

Baiklah agar dapat memutuskan dengan mudah apakah penambahan CO2 perlu dilakukan atau tidak, akan didiskusikan apa dan bagaimana CO2 dalam kaitannya dengan tanaman air.

Sumber Co2

Pernahkan berpikir dari mana tanaman air di alam bisa tumbuh dan bertahan hidup. Padahal tampaknya seolah-olah tidak ada CO2 yang ditambahkan kedalam air tersebut, sebagaimana sebagian para hobiis tanaman air memberikannya secara artificial. Apabila kita cermati sungai atau danau, ternyata kandungan CO2 didalamnya lebih dari hanya sekedar untuk memenuhi reaksi keseimbagan antara air dengan udara. Dengan kata lain, kadar CO2 yang dikandungnya lebih banyak dari jumlah yang diperlukan untuk reaksi keseimbangan.

Darimanakah asal dari kelebihan CO2 tersebut?. Kelebihan CO2 ini ternyata berasal dari proses dekomposisi bahan organik, terutama yang terjadi pada lantai danau atau sungai. Proses dekomposisi tersebut terjadi dengan bantuan bakteri heterotrofik yang menghasilkan CO2 dan methan. Jumlah CO2 yang dilepaskan oleh proses dekomposisi bahan organik sangat ditentukan oleh jenis bahan organiknya. Beberapa penelitian membuktikan bahwa jenis bahan organik yang berbeda menghasilkan jumlah CO2 yang berbeda pula dalam proses dekomposinya pada endapan sungai atau danau. 

Bahan organik yang berasal dari tanaman air diketahui akan menghasilkan jumlah CO2 lebih banyak dibandingkan dengan bahan organik yang berasal dari tanaman darat. Hasil analisis kimiawi terhadap kedua kelompok tanaman tersebut juga menyatakan bahwa tanaman air segar mempunyai kadar nutrien yang lebih banyak dibandingkan dengan daun tanaman darat. Bakteri pada umumnya akan lebih aktif pada bahan-bahan organik yang kaya nutrien sehingga CO2 yang dihasilkan akan lebih banyak. Kandungan CO2 dapat juga lebih banyak terutama pada perairan yang mengandung Karbon Organik Terlarut (DOC) tinggi. Karbon Organik Terlarut pada umumnya berada dalam proses pembusukan sehingga dapat menjadi sumber CO2 yang potensial.Air yang berada dalam proses keseimbangan dengan udara pada umumnya hanya mengandung 0.5 ppm CO2. Sedangkan tanaman air banyak yang memerlukan CO2 lebih banyak dari jumlah tersebut. Oleh karena itu, tanaman air bisa diduga tidak akan bertahan hidup di alam bila tidak mendapatkan tambahan CO2 yang berasal dari proses dekomposisi bahan organik, kecuali tanaman air yang mampu mendapatkan karbon dari bahan selain CO2.

Uraian diatas setidaknya akan memberikan gambaran bagaimana kelak memanipulasi kandungan CO2 dalam akuarium agar dapat memenuhi kebutuhan tanaman air yang dipelihara didalamnya. Manipulasi tentunya tidak hanya terbatas pada pemenuhan CO2 tapi juga pada strategi pemilihan tanaman dan kepadatan optimal yang dikehendaki agar terjadi keseimbangan yang baik antara suplai dan keperluan CO2 pada ekosistem akuarium. Kadar CO2 dalam Akuarium. Berdasarkan uraian diatas mestinya bisa dibangkitkan pertanyaan bagaimana sumber CO2 dalam suatu lingkungan akuarium. CO2 dalam suatu akuarium tanaman melulu berasal dari proses dekomposisi sisa pakan ikan, kotoran, dan bahan organik pada substrat, juga berasal dari proses metobalisme, dalam hal ini adalah proses respirasi ikan dan hewan akuatik lainnya. 

Apakah jumlahnya akan mencukupi?. Lagi-lagi hal ini akan tergantung pada strategi hobiis dalam menyiasati supply dan demand terhadap CO2. Hal ini bisa menjadi "seni" tersendiri dalam melakukan kegiatan aquascaping dibandingkan dengan menggantungkan diri pada suplay gas CO2. Seni ini bisa diperkaya dengan pengetahuan mengenai strategi tanaman air dalam mendapatkan karbon © selain melalui CO2. Dengan demikian aquascaper masih akan dapat menikmati tanaman airnya pada lingkungan rendah CO2 dengan memilih tanaman-tanaman air yang mampu menyerap karbon dari bentuk selain CO2. Apabila CO2 dalam akuarium hanya disandarkan pada proses alamiah melalui proses dekomposisi, maka perlu dilakukan tindakan "pengawetan" untuk mencegah hilangnya CO2 dari akuarium. 

Seperti diketahui CO2 adalah gas, oleh karena itu ia bisa hilang melalui segala tindakan yang menyebabkan terjadinya peningkatan percampuran air dengan udara. Hal ini bisa terjadi misalnya melalui goncangan permukaan air, penggunaan sprayer air, batu aerator, atau penggunaan filter wet and dry. Tidak berarti bahwa harus tidak ada gerakan sama sekali dalam akurium tanaman, tapi harus diatur sedemikian rupa agar gerakan air yang diperlukan untuk menyebarkan dan mengantarkan hara ke tanaman dan penyebaran panas serta oksigen tidak sampai menyebabkan CO2 hilang ke udara. Perlu diingat bahwa tanaman air di habitat aslinya sudah terbiasa dan beradaptasi dengan lingkungan rendah CO2 atau dengan kadar CO2 yang berfluktuasi. Banyak jenis tanaman air yang telah mengembangkan mekanisme pertahanan terhadap kondisi tersebut dan memiliki strategi alamiah untuk meningkatkan penyerapan CO2 dari air atau mengawetan CO2 yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Kemampuan demikian tentu saja akan tetap mereka bawa kedalam lingkungan akuarium. Oleh karena itu meskipun hobiis bisa saja meningkatkan pertumbuhan mereka secara dramatis dengan pemberian tambahan gas CO2, tidak ada salahnya dicoba membangkitkan kemampuan alamiah mereka agar bisa lebih memahami bagaimana ibu alam telah membesarkan mereka dilingkungannya.

Pada umumnya tanaman air dalam akuarium akan tumbuh lebih baik dengan menggunakan tambahan CO2, hal ini bisa terjadi karena CO2 biasanya menjadi faktor pembatas pada lingkungan akuarium yang cenderung lebih kaya unsur hara seperti nitrogen dan fosfor. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa penambahan CO2 mau tidak mau akan menimbulkan efek domino pada proses lainnya, seperti peningkatan kebutuhan akan unsur hara tambahan, kegiatan pemangkasan yang meningkat akibat pertumbuhan tanaman yang cepat, keseimbangan kimiawi air yang perlu dimonitor dengan ketat, seperti pH dan KH, untuk memastikan bahwa buffer alkalinitas air tetap berfungsi dengan baik. Over dosis CO2 sering pula dilaporkan terjadi pada proses penambahan CO2 terutama pada malam hari. Selain itu diketahui dapat terjadi efek jangka panjang terhadap substrat akuarium tanaman sebagai akibat penambahan CO2 yang menyebabkan akuarium tanaman gagal setelah satu atau dua tahun.
Walau bagaimanapun pilihan untuk menggunakan tambahan CO2 atau tidak sepenuhnya tergantung pada aquascaper itu sendiri. Tidak heran kalau kemudian dilingkungan aquascaping terdapat 2 kubu hobiis, yaitu kubu yang berkiblat pada proses alamiah dan kubu yang berkiblat pada teknologi (injeksi CO2 dengan peralatan pendukungnya)

Bagi mereka yang tidak ingin berpikir "njlimet" pilihan pemberian tambahan CO2 bisa menjadi pilihan terbaik, sedangkan bagi mereka yang berbekal pengetahuan kebumian cukup pilihan dengan pendekatan alamiah bisa merupakan pilihan yang sangat menyenangkan. 

Semoga tulisan ringkas ini bisa menjadi pengantar bagi anda bagaimana menentukansikap anda dalam beraquascaping.

disadur dari  H.M.Naro Tri Buwono, Amd.Pi, SAB, MAB






 

Red Cherry Shrimp Hatching

Peter Maquire dari London cukup baik untuk berbagi foto-foto dengan kami. Dia berhasil menangkap salah satu perilaku yang paling sukar difoto dari Hobby Aquarium Air Tawar ini.  Dalam hal ini ada menetasnya telur Udang Red Cherry. Melihat hal ini secara pribadi sangat jarang. Menangkap foto udang dan foto shrimplet / baby shrimp sudah sangat banyak yang mengabadikan tetapi foto proses menetasnya telur udang jarang bisa diabadikan dan ini tentunya ini terjadi dalam hitungan detik.
 
Foto Pertama : Di sini Anda dapat melihat telur pertama kali muncul dengan mata mulai bermunculan. Telur yang dilepaskan dari induk di ujung ekor. Entah bagaimana induk betina tahu bahwa telur akan menetas dan induk udang akan benar-benar "menendang keluar" telur-telur itu / hatching

Foto Pertama


Foto Pertama (Fokus): Bayi Udang Muncul


Foto Kedua : Baby Shrimp tersebut kemudian dilepaskan dari induk. Anda masih dapat melihat kuning telur masih menempel pada udang tersebut.

Foto Kedua


Foto Kedua (fokus): Ekor sudah terlihat


                                                 
 Foto Ketiga


Foto Ketiga (fokus): Ekor Anak udang yang sudah terlihat


Foto Ke empat: Akhirnya bayi udang sepenuhnya muncul. Perhatikan kuning telur sudah benar-benar hilang. Satu hal yang menjadi perhatian adalah mata si bayi belum sempurna dan mungkin bayi udang yang baru lahir tidak dapat melihat untuk jangka waktu tertentu. Akan sangat menarik untuk di dokumentasikan siklus perkembangan dari bayi udang hingga menjadi udang dewasa.


                                                  Foto Keempat                                                      
 

Foto Keempat: Anak Udang sudah terlihat jelas

Disadur dari : www.planetinverts.com

Kamis, 20 September 2012

Crystal Red Shrimp Grading Guide


Overview
The grading of the Crystal Red Shrimp has sometimes created more confusion than concrete answers. Not only are there many different grades but there are also several different color patterns, features, terminologies and other factors which can dictate one grade from the next. Being well educated with the grading of the Crystal Red Shrimp is very important if you decide to acquire, keep and breed this species.
There are numerous factors which can dictate the grade of a Crystal Red Shrimp. One of the most important factors is the intensity of both the white and red coloration on the specimen. If the white coloration is not full and shows signs of transparency then this can downgrade a specimen. When obtaining Crystal Red Shrimp from another breeder it can sometimes be common for a specimen to lose its fully opaque white coloration when newly arrived and also if it is an older specimen. It is recommended to purchase non-adult Crystal Red Shrimp if you do not want to risk potential color loss in adults after shipping. Adult Crystal Red Shrimp can be very picky when being introduced to a new environment.
Color patterns are also a very important factor when grading a Crystal Red Shrimp. Patterns like Hinomaru, Tiger Tooth, No-Entry Hinomaru, Mosura and more can dictate one grade from the next. At the bottom of the page is a guide to the common features/terminologies which are associated with certain grades. It is highly recommended that you are well educated with the grading terminologies of Crystal Red Shrimp if you decide to keep this species.
Please note that there of course has not been an "official" Crystal Red Shrimp Grading Guide. This version was created in order to help hobbyists better understand the grades and their respective terminologies that are associated. As more information develops on this ever changing Crystal Red Shrimp species this page will be updated.
SSS Grade Crystal Red Shrimp
The SSS Grade Crystal Red Shrimp has the most white coloration out of all of the grades below it. It is sometimes refered to as a "Mosura" grade Crystal Red Shrimp. It follows the typical rule in Crystal Red Shrimp Grading that the more white coloration the higher the grade. However, there are many features which can make one SSS grade specimen considered even higher grade than another SSS Grade. One SSS Grade can be higher than another dependent upon features including the different red patterns on the head, eye coloration, leg coloration and even antennae coloration. As the grading gets higher there are more factors which can make a single specimen more prized than another of the same grade. Please read about the grading terminologies located on the bottom of the page.
                                                 SSS Grade Mosura with "Flower"
SSS Grade Mosura Crystal Red Shrimp with Flower


SSS Grade Mosura with "Crown"
SSS Grade Mosura Crystal Red Shrimp with Crown
Additional SSS Grade Photos
SS Grade Crystal Red Shrimp
The SS Grade Crystal Red Shrimp has more red coloration than the SSS Grade. The additional red coloration is located on the mid portion of the body, typically on the top. The SS Grade is usually given when there is a "Hinomaru" which is a red circle on the back which in fact signifies the sun in the Japanese flag. There are different varitiations of the Hinomaru including a No-Entry Hinomaru which is a white line through the red circle, and a Double Hinomaru feature which occurs when there is a second red circle on the body typically right at the end of the back at the tail. In the various photos below you can see the different types of SS Grade Crystal Red Shrimp. Please read about the grading terminologies located on the bottom of the page.
SS Grade Double Hinomaru with No-Entry SignSS Grade Double Hinomaru Crystal Red Shrimp with No Entry Sign
SS Grade Hinomaru with No-Entry SignSS Grade Hinomaru Crystal Red Shrimp with No Entry Sign

SS Grade Hinomaru
SS Grade Hinomaru Crystal Red Shrimp

S Grade Crystal Red Shrimp
The S Grade Crystal Red Shrimp has even more red coloration than the SS and SSS Grades. The additional red coloration is located more along the sides of the body versus the SS Grade which has red mostly on the top portion. The S Grade Crystal Red Shrimp is a more popular grade due to the lower price and also because it is considered to have a more even white/red coloration. Some do not prefer the majority white coloration that the SS and SSS grade provide, let alone the high price they can demand. The S Grade can also be ranked as S+ given certain characteristics like solid red and white coloration as well as special features including Tiger Tooth and V-Band. The grading of Crystal Red Shrimp from S+ grade and below is very dependent on color solidity. Nice fully opaque white and red coloration can make the difference between an A Grade and S Grade. It is very important to inspect each specimen thoroughly. Please read about the grading terminologies located on the bottom of the page.
S+ Grade Tiger Tooth

S+ Grade Tiger Tooth Crystal Red Shrimp
S+ Grade V- Band
S+ Grade V-Band Crystal Red Shrimp

S Grade 3 White Band
S Grade 3 White Band Crystal Red Shrimp 

S Grade 4 White Band



 S Grade 4 White Band Crystal Red Shrimp




S Grade 4 White Band Crystal Red Shrimp

A Grade Crystal Red Shrimp
The A Grade Crystal Red Shrimp is a more popular grade for beginners in the Crystal Red Shrimp breeding arena. The A Grade has characteristics of blotchy and transparent red coloration and poor solid white coloration as well. A lack of any special features/patterns is typical of an A Grade specimen. The distribution of the red and white coloration can differ where some can have three white bands and some can have four white bands. The A Grade is a great beginner grade and are very inexpensive compared to higher grades. As stated before, it is important that you inspect each specimen well because an A grade can be improperly labeled as an S grade if not careful.

                                                            A Grade 3 White Bandsz



A Grade 3 White Band Crystal Red Shrimp 

A Grade 4 White Bands

A Grade 4 White Band Crystal Red Shrimp


B Grade Crystal Red Shrimp
The B Grade Crystal Red Shrimp is typical of poor distribution of red and white coloration with an almost complete lack of any fully white bands. Some would say it is an ugly grade but I suppose it is in the eye of the beholder. This is another great beginner shrimp and also a great shrimp for breeders who are interested in practicing selective breeding. The irony is that it can sometimes be hard to find low grade Crystal Red Shrimp like the B Grade since not many people are fans of its pattern/coloration.
B Grade Crystal Red Shrimp
 C Grade Crystal Red Shrimp
The C Grade Crystal Red Shrimp is typically where it all started. The very first Crystal Red Shrimp looked closely like this. Over time the white coloration was bred out and became more prevalent than the red coloration. You can see how the red coloration is almost 100% with very little white except for a coulple of strips. This is almost exactly what the red colored variety that Hisayasu Suzuki first discovered in his batch of wild Bee Shrimp looked like. Very little recognition is given to this grade given the fact that it is the origin of the mainstream Crystal Red Shrimp. There have been attempts to breed the red 100% with no white but lately it has not been as popular to do so.
C Grade Crystal Red Shrimp
 Grading Terminology & Features

Mosura "Flower": A Flower-like pattern on the side of the head of a SSS Grade Mosura. Exactly where the "flower" term originated from is unknown as it does not seem to resemble a flower too much. Found in SSS Grade Crystal Red Shrimp.
Crystal Red Shrimp Flower Feature

Mosura "Crown": A half-circle Crown-like appearance located around the top and sides of the head. Found in SSS Grade Crystal Red Shrimp.
Crystal Red Shrimp Mosura Crown Feature

Double Hinomaru: Instead of one circle there are two. A large circle in the back (with no-entry sign) and another small circle towards the tail. Found in SS Grade Crystal Red Shrimp.
Crystal Red Shrimp Double Hinomaru Feature
 No-Entry Hinomaru: Occurs when a white dash appears in the middle of the red Hinomaru circle. The white dash gives the appearance of a No-Entry sign commonly found in traffic signs. The white dash can go all the way through the sides of the circle or can be contained inside as well. Found in SS Grade Crystal Red Shrimp.
Crystal Red Shrimp No Entry Hinomaru Feature


Hinomaru: Hinomaru is when there is a distinct Red Circle in the middle section of the Crystal Red Shrimp top back portion. Hinomaru means "sun disc" in Japanese and is symbolic of the red circle which symbolizes the Sun in the Japanese Flag. There are also different variations of Hinomaru as stated above, i.e. Double Hinomaru and No-Entry Hinomaru. Found in SS Grade Crystal Red Shrimp.
Crystal Red Shrimp Hinomaru Feature

Tiger Tooth: The Tiger Tooth marking is located on the lower half of the middle red section of an S+ Grade specimen. There are two red downward dashes. In between those two dashes is a white "Tiger Tooth". There must be a white portion between the two red dashes in order for the Crystal Red Shrimp to be considered to have a Tiger Tooth. If the area between the dashes is clear then it is not considered Tiger Tooth. The lack of a second red band would in fact create a V-Band instead. Found in S+ Grade Crystal Red Shrimp.

Crystal Red Shrimp Tiger Tooth Feature


V-Band: The middle red section is shaped as a pseudo "v" shape signifies V-Band. Found in S+ Grade Crystal Red Shrimp.
Crystal Red Shrimp V Band Feature


Crystal Red Shrimp QUICK Grading Guide
Crystal Red Shrimp Quick Grading Guide

Crystal Red Shrimp QUICK Features Guide
Crystal Red Shrimp Quick Features Guide


sumber : www.planetinverts.com